Mantan wakil presiden, Try Sutrisno, turut membubuhkan tanda tangan dalam pernyataan sikap Forum Purnawirawan Prajurit TNI. Pernyataan sikap ini disorot publik karena salah satu poinnya mengusulkan pergantian Wapres, Gibran Rakabuming Raka, kepada MPR RI.
Pengamat politik dan militer dari UNAS, Selamat Ginting, mengungkapkan alasan jenderal purnawirawan senior yang akrab disapa Pak Try tersebut ikut memberikan tanda tangan. Hal itu disampaikan ketika Ginting menemui Pak Try di kediamannya, 9 April 2025 lalu.
“Artinya, kegelisahan yang ada di alam pikiran purnawirawan, perwira tinggi dan kolonel itu sama dan sebangun dengan Pak Try, bahwa Jokowi tidak punya nilai-nilai kenegarawanan,” kata Ginting dalam Sate Demokrasi di YouTube Terus Terang Media, Rabu (23/04/2025).
Ginting menekankan, pandangan itu benar-benar murni disampaikan Pak Try, tanpa ada unsur suka atau tidak suka, semata karena kecintaannya kepada Indonesia. Karenanya, dalam pernyataan sikap itu sangat tegas disampaikan dukungan kepada Presiden Prabowo.
Termasuk, lanjut Ginting, mendukung program-program Asta Cinta Kabinet Merah Putih, kecuali Ibu Kota Nusantara (IKN). Mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN), kecuali PIK 2, Rempang, dan lain-lain yang melanggar lingkungan hidup dan menyengsarakan rakyat.
“Beliau kebetulan mengemukakan begini, saya usia 90 tahun, saya khawatir di usia saya yang sangat senja ini saya tidak memberikan wasiat kepada bangsa ini, ternyata wasiatnya, terutama masalah konstitusi, misalnya agar kembali ke UUD 1945 yang asli,” ujar Ginting.
Ginting menuturkan, Pak Try sempat pula menyayangkan apa yang terjadi di Pilpres 2024 lalu. Menurut Ginting, Pak Try tidak mempermasalahkan kontestan-kontestan seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Mahfud MD, Anies Baswedan, atau Muhaimin Iskandar.
Pak Try merasa, kelima orang itu sudah melewati tahap-tahap yang membuat mereka sudah cukup wajar memasuki kontestasi pemimpin nasional. Namun, kata Ginting, Pak Try menyayangkan sikap Jokowi, saat itu Presiden RI, yang tidak menunjukkan kenegarawanan.
“Dia sebut Jokowi harus menunjukkan kenegarawanan, antara lain dia harus berpikir buat negara, buat bangsa, bukan buat keluarga. Maka, dia kaget kok bisa tanpa rasa malu, tanpa rasa beban, menyorongkan anaknya. Ternyata, pemikiran para perwira tinggi dan para kolonel hampir sama, ini yang mempertemukan mereka dengan Pak Try,” kata Ginting.
Selain itu, Ginting menambahkan, Pak Try menyampaikan keresahan kepada generasi muda yang semakin tidak menunjukkan nilai-nilai Pancasila dalam kesehariannya. Tokoh militer senior dari Akademi Militer 1959 itu khawatir, kalau nilai-nilai Pancasila itu semakin hilang.
Menurut Ginting, Pak Try begitu menyoroti etika politik yang politisi-politisi Tanah Air yang tidak sesuai Pancasila. Termasuk, mengubah aturan-aturan yang ada dan memaksakan anak yang belum cukup dalam begitu banyak aspek-aspek ke kontes pimpinan tertinggi.
“Anak yang belum cukup usia, belum cukup pendidikan, belum cukup pengalaman, tiba-tiba disorongkan ke situ, dari sisi kemanusiaan, persatuan, jangan-jangan bisa memecah belah bangsa. Dari perilaku ini, menurut Pak Try, ini tidak ada nilai-nilai Pancasila yang diterapkan ketika memutuskan itu, jadi kembalilah ke filosofi falsafah bangsa kita,” ujar Ginting. (*)