Pakar hukum tata negara, Mahfud MD, menjawab keresahan anak-anak muda beberapa waktu terakhir tentang masa depan mereka dan seperti apa Indonesia di masa mendatang. Hal ini banyak disuarakan mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi ‘Indonesia Gelap’ di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu kritik disampaikan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibuat pemerintah dan dikhawatirkan malah menyebabkan anak-anak memiliki mentalitas bergantung kepada belas kasihan. Bahkan, kekhawatiran dan keresahan yang sama disampaikan anak-anak SD-SMP yang berada di Papua.
“Anak Papua kemarin berkumpul, yang SD-SMP, kami tidak butuh makan gratis, kami butuh pendidikan gratis. Itu kata anak Papua, bukan kata Pak Mahfud, nanti dicari di YouTube lagi, anak Papua cerdas itu. Betul, Indonesia emas, Indoneisa maju itu butuh orang yang terdidik, SDM yang berkualitas,” kata Mahfud dalam Terus Terang Goes to Campus di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI), Selasa (4/03/2025).
Mahfud mengingatkan, itulah sebabnya ketika Reformasi dikatakan anggaran pendidikan harus minimal 20 persen dari APBN karena menyongsong 2045 kita perlu cetak kader-kader bangsa yang lebih berkualitas. Karenanya, Mahfud menegaskan, pendidikan memang tetap harus menjadi prioritas bangsa Indonesia.
“Kita banyak kesalahan sampai saat ini, tapi belum terlalu jauh untuk kembali melakukan reorientasi, kembali melakukan reorientasi agar peta jalan kita menuju Indoneisa Emas tahun 2045 itu bisa kita lalui,” ujar Mahfud.
Mengutip Jalaluddin Rumi dalam kitab Masnawi, Mahfud mengajak anak-anak muda Indonesia agar tidak putus harap sekalipun melihat sekelilingnya gelap. Bagi Mahfud, kondisi yang gelap itu mungkin malah membutuhkan anak-anak muda Indonesia untuk menjadi lilin penerang yang akan membukakan jalan.
“Jalaluddin Rumi bilang begini, kalau kamu merasa di seklilingmu gelap gulita, maka cobalah lihat dirimu, mungkin kamulah salah satu lilin itu yang bisa menerangi. Artinya apa, artinya tidak pernah ada saran dari siapapun untuk putusa asa, kalau ditanya, masih ada harapan, masih,” kata Mahfud, meyakinkan.
Terkait itu, Mahfud mengingatkan, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sudah membuat peta jalan menuju Indonesia Emas yang dibuat berdasar perhitungan resmi pakar-pakar sejak 2010 lalu. Bahkan, Presiden SBY sudah pula mengeluarkan Perintah Presiden (Perpres) tentang Indonesia Emas 2045.
Dari perhitungan itu, pakar-pakar secara resmi menyampaikan keyakinan kalau pada 2045 nanti, mulai dari perekonomian sampai sosial politik Indonesia akan mencapai kejayaan yang disebut Indonesia Emas. Salah satunya tidak lain berasal dari perhitungan sumber daya alam Indonesia yang memang luar biasa kaya.
“Bagiamana perhitungannya, sumber daya alam kita yang luar biasa kayanya, yang pernah dihitung oleh Ketua KPK, Abraham Samad, kalau potensi korupsi dari sektor pertambangan saja bisa dilakukan untuk ditutup, maka setiap kepala dari saudara ini bisa mendapat uang setiap bulan RP 20 juta,” ujar Mahfud.
Itupun, lanjut Mahfud, baru dari bidang pertambangan yang belum menyebutkan potensi luar biasa kita dalam hutan, laut, panas bumi, tanah yang subur, dan lain-lain. Semua potensi besar itu akan dikelola oleh sumber daya manusia yang bisa diandalkan karena penduduk Indonesia semakin hari akan semakin maju.
“Jadi, asa atau harapan itu ada, modalnya yaitu geografi dan demografi kita, alam dan penduduk itu bisa mendukung karena penduduk kita besar dan cukup cerdas juga kalau disekolahkan, disediakan biaya yang cukup, pulaunya ada 17.508 pulau, penduduknya 280 juta, itu nanti 2045 hebat Indonesia,” kata Mahfud. (*)