Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi mengatakan, kepentingan politik jadi kelemahan umat Islam sudah dipahami sejak kolonial Eropa di Timur Tengah. Sehingga, berbagai gerakan-gerakan yang ada selalu menggunakan atribusi agama.
Misal, Ikhwanul Muslimin, menjadi gerakan-gerakan politik yang mengubah landskap Muslim di seluruh dunia untuk bercita-cita menegakkan negara Islam. Dilakukan di bawah Hasan Al Banna, Sayyid Qutb, membuat kitab panduan Ma’alim fi Thariq, atau tafsir sendiri Fi Zhilalil Quran.
Islah menekankan, gerakan-gerakan politik yang menunggangi agama ini bereskalasi di hampir semua negara-negara Islam. Ditambah lagi dengan gerakan-gerakan seperti Hizbut Tahrir, yang mencita-citakan negara khilafah dan menyusup ke mana-mana, termasuk ke Indonesia.
“Artinya, orang-orang Eropa paham bahwa pemecah belahan dan pemunduran dari peradaban umat Islam itu adalah politik,” kata Islah kepada terusterang.id yang juga ditayangkan dalam program Berani di kanal YouTube Terus Terang Media, Rabu (10/09/2025).
Islah menyimpulkan, gerakan khilafah yang didengungkan Hizbut Tahrir, gerakan dengan cita-cita Pan Islamisme yang dibawa Ikhwanul Muslimin, sebenarnya pola pikir yang dibangun Barat. Bagi Islah, itu ‘jebakan batman’ orang-orang Eropa yang ingin memundurkan Islam.
“Supaya umat Islam tetap tidak bisa lepas dari kepentingan politik, karena mereka tahu bahwa politik tidak akan pernah bisa memajukan peradaban Islam. Kenapa, karena kalau umat Islam kembali kepada ilmu pengetahuan, maka umat Islam bisa menguasai dunia,” ujar Islah.
Islah mengingatkan, umat Islam pernah jadi episentrum ilmu pengetahuan ketika menguasai Timur Tengah dan jadi kekhalifahan di Baghdad (Irak). Pun di Andalus (Spanyol) yang melahirkan berbagai ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, bahkan teknologi pada masanya.
Semua berhasil diinovasi oleh umat Islam, berkolaborasi dengan umat beragam lain seperti Al Iberi, Ibn Maimun yang kita kenal dengan Maimonides. Umat Islam mampu membangun satu kerangka ilmu pengetahuan yang luar biasa dan tentu saja tidak dikehendaki kolonial Barat.
“Ini yang oleh kolonial dan imperialis Barat tidak dikehendaki, dan jika ingin memecah belah dan menghancurkan peradaban dunia islam, berikan mereka mimpi politik,” kata Islah.
Islah menegaskan, gerakan-gerakan seperti Hizbut Tahir yang selalu menyerukan khilafah, Khilafatul Muslim yang selalu menyerukan Pan Islamisme, merupakan jebakan-jebakan semata. Tujuannya, agar umat Islam terus melekat dengan dunia kekerasan dan dunia yang berdarah.
“Saya katakan, orang-orang Hizbut Tahrir, orang-orang Khilafatul Muslimin yang masih punya mimpi politik itu adalah pengkhianat dalam dunia Islam. Mengapa saya berani katakan ini? Karena ini adalah framing dan jebakan yang memang dibuat kolonial-kolonial Barat pada masanya,” ujar Islah. (WS05)