Kemunculan ACAB atau 1312 Selama Demonstrasi Harus Jadi Alarm Perbaikan Polisi

Intelektual, Hamid Basyaib, dalam program Perspektif di kanal YouTube Terus Terang Media, Minggu (08/09/2025). Foto: Wahyu Suryana
Intelektual, Hamid Basyaib, dalam program Perspektif di kanal YouTube Terus Terang Media, Minggu (08/09/2025). Foto: Wahyu Suryana

Intelektual, Hamid Basyaib, menyoroti kemunculan poster dan coretan ACAB atau 1312 selama gelombang demonstrasi terjadi. Bahkan, sudah muncul sebelum insiden pelindasan sopir ojol oleh rantis Brimob.

Bagi Hamid, tulisan-tulisan ACAB atau 1312 yang berarti ‘all cops are bastards’ itu merupakan tanda ketidakpuasan publik terhadap kinerja polisi. Karenanya, itu harus jadi momentum perbaikan bagi polisi.

“Sangat bijaksana kalau Polri yang kita cintai ini merespons itu dan menanggapi dan memikirkan bagaimana cara terbaik untuk mengurangi atau menghilangkan kesan negatif dari publik itu,” kata Hamid kepada terusterang.id dan ditayangkan dalam program Perspektif di kanal YouTube Terus Terang Media, Minggu (08/09/2025).

Ia mengingatkan, teguran itu tidak muncul sendirian atau hanya mewakili perasaan orang-orang yang menulisnya. Tapi, di balik mereka mungkin ada berjuta orang yang sepakat yang berbagi perasaan yang sama ke polisi.

Jadi, ia menilai, Polri jangan melihat ini sekadar angka, hanya 100-200 orang atau cuma anak-anak iseng tanpa menghitung mereka yang di rumah Hamid menilai, pola respons ini sebaiknya dikurangi atau dihilangkan.

“Juga kita bisa lihat dari respons atau komentar mereka terhadap berita tentang demonstrasi, terhadap podcast yang membahas demonstrasi, lihat saja ada ratusan atau ribuan yang nadanya kurang lebih sama. Intinya, adalah sejalan atau cocok dengan aspirasi yang sedang diperjuangkan,” ujar Hamid.

Ia mengingatkan, penguasa atau pemimpin yang bijaksana mengerti bahwa mereka semacam ujung tombak saja dari keresahan publik. Mereka mewakili puluhan, atau mungkin ratusan juta rakyat Indonesia yang lain di rumah.

Jadi, ia berharap, fenomena munculnya ACAB ini dianggap sebagai alarm, peringatan dini, atau early warning system. Serta, ditanggapi dengan bijaksana, dibahas dengan hati terbuka dan dengan bijaksana pula.

“Intinya adalah mencari solusi yang wajar terhadap munculnya gejala keresahan terhadap institusi mereka. Jadi, jangan diremehkan atau jangan dianggap itu cuma keisengan anak anak muda sebab ini sebetulnya semacam fenomena global yang sudah dimulai satu abad yang lalu,” kata Hamid.

Meski begitu, Hamid merasa, masyarakat Indonesia tidak boleh pula putus asa. Sebab, polisi yang selama ini kita hormati, kita biayai dengan begitu mahalnya, memang merupakan milik kita, milik bangsa Indonesia.

Mengutip Mahfud MD, Hamid menambahkan, 1 jam saja, tidak usah 1 hari atau tidak usah 1 bulan, 1 jam saja polisi kita mogok sudah tidak bisa dibayangkan social unrest atau kekacauan social apa yang akan terjadi.

“Jadi, apa pun ceritanya kita sangat memerlukan polisi yang baik dan kita berterima kasih atas pengabdian mereka selama ini, cuma memang excess-excess yang dikeluhkan sampai memunculkan slogan ACAB itu betul-betul harus ditanggapi dengan baik dan bijaksana,” ujar Hamid. (WS05)

Temukan kami di Google News.