Pdt Gomar Gultom: Sekarang Banyak Pejabat Kita, Tinggi Jabatannya tapi Sikap Kenegarawanan tidak Ada

pendeta gomar gultom

Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Pendeta Gomar Gultom, menyoroti pejabat-pejabat kita hari ini yang tidak memiliki sikap kenegarawanan. Salah satunya bisa dilihat dari banyaknya orang-orang yang sudah menduduki jabatan-jabatan tinggi, tapi masih belum mau menyuarakan kepentingan masyarakat luas.

“Sekarang ini banyak pejabat kita, sangat tinggi jabatannya, tapi sikap kenegarawanan tidak ada, yang dia pikirkan, yang dia pentingkan partainya, golongannya, agamanya, ini yang selama keadaan ini seperti ini, semakin gelap negeri ini, kita semakin gelap,” kata Gomar saat menjadi tamu dalam program Ruang Sahabat di kanal YouTube Mahfud MD Official, Sabtu (15/03/2025).

Gomar mengungkapkan, dirinya bisa merasakan jeritan mahasiswa, jeritan masyarakat yang sekarang harus diakui semakin sulit dalam menjalani keseharian yang penuh ketidakpastian. Sementara, di sisi lain mereka melihat pejabat-pejabat korupsi tidak lagi jutaan, miliaran, tapi triliunan, bahkan kuadriliunan.

Parahnya, lanjut Gomar, korupsi demi korupsi terjadi di hampir semua lini. Karenanya, Gomar merasa wajar saja kalau ada masyarakat yang menyatakan Indonesia Gelap sebagai ungkapan kekhawatirannya. Ia menilai, ke luarnya slogan-slogan seperti Indonesia Gelap seharusnya bisa menjadi kritik membangun.

“Wajar kalau mereka katakan Indonesia Gelap. Bagi saya mestinya ini sebuah kritik kepada kita semua untuk mengoreksi diri, dan di bulan Ramadan ini saat yang sangat tepat untuk kita semua mengoreksi diri, melihat diri kita. Membantah itu tidak ada gunanya, lebih baik kita mengoreksi diri, evaluasi,” ujar Gomar.

Kurangnya pejabat-pejabat tinggi yang tidak memiliki sikap kenegarawanan itu membuat Gomar Gultom begitu mengapresiasi sosok-sosok yang hari ini masih menunjukkan sikap kenegarawanan. Salah satunya Mahfud MD yang dia nilai masih memiliki sikap yang sudah banyak hilang dari petinggi-petinggi negeri.

“Saya sangat mengapresiasi kehadiran Prof Mahfud dalam bangsa kita, karena terus terang sikap-sikap yang dimiliki Pak Mahfud ini, sikap kenegarawanan, itu yang hilang sekarang ini, di bangsa kita,” kata Gomar.

Gomar berpendapat, sudah terlalu banyak orang-orang yang selalu menyatakan dirinya sebagai pejuang rakyat, tapi ternyata hanya berjuang untuk kelompoknya sendiri dan bukan untuk umat dalam arti bangsa. Gomar memuji Mahfud yang tidak melakukan itu ketika menjabat Ketua MK maupun Menkopolhukam.

Gomar menyampaikan, sikap seperti itu seperti semakin hilang di Indonesia, termasuk di lingkungan tokoh-tokoh agama. Gomar memberi contoh, setiap kali dirinya bertemu Presiden atau Menkpolhukam, ada saja orang-orang yang menanyakan sudahkah dia memperjuangkan kepentingan-kepentingan PGI.

“Ini yang menurut saya harus dikembalikan ke fitrah kemanusiaan kita, bahwa kita ini jangan melulu melihat kepentingan partai, kepentingan golongan, kepentingan agama, harus kepentingan bangsa. Ini perlu pendidikan kewargaan untuk mengimbangi pendidikan agama yang sangat formalistic belakangan,” ujar Gomar.

Senada, Mahfud mengaku kerap mendapat pertanyaan-pertanyaan serupa ketika menjadi Ketua MK. Misalnya, dalam perselisihan Pilkada, Mahfud mengaku pernah didatangi orang-orang yang meminta keberpihakan untuk memenangkan penggugat-penggugat yang mengatasnamakan kepentingan Islam.

“Pak, kita harus bela ini sesama orang Islam, yang menang ini orang Kristen, yang kalah orang Islam, mau menggugat ke MK, tolong Bapak, demi solidaritas umat Islam. Saya bilang bodoh kamu, keadilan untuk manusia bukan untuk orang Islam saja, ya kalah dia, saya kalahkan, tidak ada urusan saya bilang. Ini kan bangsa, keadilan untuk itu, kalau kamu kalah ya kalah, jangan minta menang di pengadilan,” kata Mahfud.

Terkait tagar Indonesia Gelap yang belakangan mengemuka, Mahfud menambahkan, itu tentu lantaran situasi politik, demokrasi, maupun hukum yang dirasakan masyarakat kurang bagus belakangan. Namun, Mahfud mengajak segenap bangsa tidak menyerah, terus berjuang atau menjadi penerang bagi sekitar.

“Saya bilang mari kit acari sisi sisi di mana kita bisa menghidupkan lilin, kalau Anda melihat sekeliling kita gelap, mari kita jadikan diri kita ini lilin, kalau masing-masing jadi lilin nanti kan bisa besar sekali. Artinya, mari kita berjuang, ya demi negara ini, bukan demi orang, demi negara ini biar kepemimpinan, ketatapemerintahan kita berjalan dengan sebaik-baiknya,” ujar Mahfud. (*)

Temukan kami di Google News.

Pos terkait